Selasa, 03 Maret 2015

Khotbah : Yakobus 2: 14-17 (Akbid Poltekkes Medan)

BAHAN KHOTBAH
Ibadah POLTEKKES KEMENKES Medan Jurusan Keperawatan
31, Januari 2014
“IMAN DAN PERBUATAN”
(Yakobus 2: 14-17)


Perbuatan baik tidak menyelamatkan kita
Rasul Yakobus memberitahu kita dengan sangat jelas di dalam Yak 2:14 bahwa iman tanpa perbuatan itu tidak ada gunanya. Dia juga melanjutkan dengan menanyakan apakah iman yang semacam ini bisa menyelamatkan kita. Sudah tentu, jawaban atas pertanyaan ini adalah, 'Tidak.' Yang ingin disampaikan oleh Yakobus adalah: iman tanpa disertai perbuatan itu tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa dia berkata seperti itu? Bukankah kita dibenarkan oleh iman? Apakah memiliki iman saja tidak cukup? Apakah kita perlu menambahkan perbuatan untuk bisa diselamatkan?
Perbuatan baik adalah tanda bahwa kita telah diselamatkan
Sebenarnya, semua ini diambil dari ajaran Yesus. Bukankah Yesus mengucapkan hal yang sama di dalam Matius 5:16? Dia ingin agar terang kita bersinar di hadapan orang-orang supaya mereka bisa melihat perbuatan-perbuatan baik kita bagi kemuliaan Bapa di surga. Yesus memakai istilah terang dalam menggambarkan perbuatan baik kita. Kita sering berkata bahwa orang Kristen adalah terang dunia. Akan tetapi kita juga berkata bahwa mereka yang percaya kepada Yesus dibenarkan oleh iman dan perbuatan baik tidaklah penting. Kita mengira bahwa selama kita mengaku percaya kepada Yesus, maka kita akan diselamatkan sekalipun hidup kita lebih buruk daripada orang dunia. Bukankah penalaran semacam ini bertentangan dengan ajaran Yesus? Yesus tidak berkata bahwa orang dunia akan melihat iman Anda lalu memuliakan Bapa Surgawi kita. Dia berkata bahwa perbuatan-perbuatan baik Anda adalah terang dan ketika orang-orang melihat karya ajaib dari Allah di dalam hidup Anda, maka mereka akan memuliakan Allah.
Mari kita baca Yakobus 2:18 bersama-sama. Pernahkah Anda perhatikan kemiripan antara apa yang disampaikan oleh Yakobus dengan ucapan Yesus? Setiap orang Kristen akan mengaku percaya kepada Allah akan tetapi bagaimana orang lain bisa melihat iman Anda? - tentu saja melalui perbuatan-perbuatan Anda. Kita tidak perlu terus menerus berkata bahwa kita adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus. Proklamasi semacam ini tidak akan membuktikan apa-apa jika tindakan kita tidak menunjukkan iman kita kepada Allah.
Mari saya beri satu contoh: banyak orang Krsiten yang percaya akan kerajaan Allah, pada hidup kekal. Mereka akan berkata kepada orang lain bahwa berkat terbesar di dalam hidup ini adalah kepercayaan kepada Yesus. Akan tetapi, hal yang bisa Anda lihat di dalam hidup mereka adalah bahwa mereka selalu sibuk mengejar hal-hal yang duniawi. Mereka mementingkan uang, kedudukan dan pendidikan - hal-hal yang dipentingkan dan dikejar oleh orang dunia. Segenap hidup dan tenaga mereka curahkan untuk mengejar kepentingan duniawi. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, mereka mengatakan kepada orang lain kalau mereka percaya bahwa Yesus akan datang kembali, bahwa mereka akan memperoleh hidup kekal, bahwa segala sesuatu yang duniawi ini bersifat fana dan akan segera berlalu.
Anda lihat, saat Anda bertemu dengan orang yang benar-benar beriman, Anda tidak perlu menunggu sampai dia berbicara tentang kebenaran yang tinggi. Anda bisa tahu bahwa dia adalah orang yang beriman dari cara hidupnya. Anda bisa sampai pada pengertian tentang iman yang sejati dari orang yang seperti itu. Inilah sebabnya mengapa rasul Yakobus berkata di ayat 21 bahwa iman tanpa perbuatan itu mati. Inilah kebenaran yang mutlak. Kita tak boleh menipu orang lain dan diri kita sendiri dengan membual telah memiliki iman tanpa didukung perbuatan yang sesuai. Iman semacam ini diartikan sebagai kegelapan di dalam ajaran Yesus di dalam Injil Matius - iman semacam itu mati.
Contoh iman yang mati
Rasul Yakobus mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari di dalam ayat 15-16. Dia berkata, "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!', tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?"
Hal apakah yang ingin disampaikan oleh rasul Yakobus dari contoh ini? Yang ingin dia sampaikan adalah: apakah Anda berani menyatakan bahwa Anda memiliki iman akan tetapi Anda tidak melakukan hal yang Anda tahu harus dikerjakan, saat Anda tahu persis bahwa itulah kehendak Allah namun Anda tidak mengerjakannya? Iman yang Anda banggakan ini sebenarnya adalah iman yang mati di mata Allah! Itu bukanlah iman yang menyelamatkan!
Bagaimana Anda tahu iman Anda iman yang menyelamatkan?
Sebelum kita lanjutkan pembahasan mengenai iman dan perbuatan ini, izinkan saya mengajukan pertanyaan seperti yang disampaikan oleh rasul Yakobus, "Dengan cara apa Anda bisa tahu bahwa Anda adalah orang yang memiliki iman?" Bagaimana Anda bisa tahu bahwa iman Anda adalah iman yang menyelamatkan? Rasul Yakobus memberitahu kita di dalam ayat 19 tentang adanya berbagai macam iman. Setan juga percaya kepada Allah dan kepercayaannya itu malah lebih mendasar daripada Anda karena sampai menimbulkan takut dan gentar di hatinya. Apakah iman kita membawa kita pada keadaan takut akan Allah? Oleh karena itu, janganlah mengira bahwa keyakinan intelektual adalah jenis iman yang menyelamatkan menurut Alkitab.
Bagaimana sikap kita, menghadapi Pergumulan besar, penderitaan, kesulitan dalam hidup? Sabar, kesabaran bukan hal yang membawa dukacita, kesabaran artinya terus berharap dalam segala situasi. Pengharapan selalu ada pada diri orang yang karakternya dibangun di atas batu karang yang teguh dan bukan di atas pasir. Ingat “orang yang tidak memiliki kesabaran adalah orang yang tidak memiliki harapan” . kita dapat menganggap berbagai peristiwa dalam hidup sebagai beban atau berkat. Selama apa yang kita hadapi kita anggap beban, maka hidup kita akan dikuasai beban. kesabaran mengatakan “jangan berontak, Allah memilki rencana untuk kebaikanmu”.
                                                                                          Joki Manaek Manalu :

                                                                          Mahasiswa STT-HKBP Pematangsiantar
BAHAN KHOTBAH
Ibadah POLTEKKES KEMENKES Medan Jurusan Keperawatan
31, Januari 2014
“IMAN DAN PERBUATAN”
(Yakobus 2: 14-17)


Perbuatan baik tidak menyelamatkan kita
Rasul Yakobus memberitahu kita dengan sangat jelas di dalam Yak 2:14 bahwa iman tanpa perbuatan itu tidak ada gunanya. Dia juga melanjutkan dengan menanyakan apakah iman yang semacam ini bisa menyelamatkan kita. Sudah tentu, jawaban atas pertanyaan ini adalah, 'Tidak.' Yang ingin disampaikan oleh Yakobus adalah: iman tanpa disertai perbuatan itu tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa dia berkata seperti itu? Bukankah kita dibenarkan oleh iman? Apakah memiliki iman saja tidak cukup? Apakah kita perlu menambahkan perbuatan untuk bisa diselamatkan?
Perbuatan baik adalah tanda bahwa kita telah diselamatkan
Sebenarnya, semua ini diambil dari ajaran Yesus. Bukankah Yesus mengucapkan hal yang sama di dalam Matius 5:16? Dia ingin agar terang kita bersinar di hadapan orang-orang supaya mereka bisa melihat perbuatan-perbuatan baik kita bagi kemuliaan Bapa di surga. Yesus memakai istilah terang dalam menggambarkan perbuatan baik kita. Kita sering berkata bahwa orang Kristen adalah terang dunia. Akan tetapi kita juga berkata bahwa mereka yang percaya kepada Yesus dibenarkan oleh iman dan perbuatan baik tidaklah penting. Kita mengira bahwa selama kita mengaku percaya kepada Yesus, maka kita akan diselamatkan sekalipun hidup kita lebih buruk daripada orang dunia. Bukankah penalaran semacam ini bertentangan dengan ajaran Yesus? Yesus tidak berkata bahwa orang dunia akan melihat iman Anda lalu memuliakan Bapa Surgawi kita. Dia berkata bahwa perbuatan-perbuatan baik Anda adalah terang dan ketika orang-orang melihat karya ajaib dari Allah di dalam hidup Anda, maka mereka akan memuliakan Allah.
Mari kita baca Yakobus 2:18 bersama-sama. Pernahkah Anda perhatikan kemiripan antara apa yang disampaikan oleh Yakobus dengan ucapan Yesus? Setiap orang Kristen akan mengaku percaya kepada Allah akan tetapi bagaimana orang lain bisa melihat iman Anda? - tentu saja melalui perbuatan-perbuatan Anda. Kita tidak perlu terus menerus berkata bahwa kita adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus. Proklamasi semacam ini tidak akan membuktikan apa-apa jika tindakan kita tidak menunjukkan iman kita kepada Allah.
Mari saya beri satu contoh: banyak orang Krsiten yang percaya akan kerajaan Allah, pada hidup kekal. Mereka akan berkata kepada orang lain bahwa berkat terbesar di dalam hidup ini adalah kepercayaan kepada Yesus. Akan tetapi, hal yang bisa Anda lihat di dalam hidup mereka adalah bahwa mereka selalu sibuk mengejar hal-hal yang duniawi. Mereka mementingkan uang, kedudukan dan pendidikan - hal-hal yang dipentingkan dan dikejar oleh orang dunia. Segenap hidup dan tenaga mereka curahkan untuk mengejar kepentingan duniawi. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, mereka mengatakan kepada orang lain kalau mereka percaya bahwa Yesus akan datang kembali, bahwa mereka akan memperoleh hidup kekal, bahwa segala sesuatu yang duniawi ini bersifat fana dan akan segera berlalu.
Anda lihat, saat Anda bertemu dengan orang yang benar-benar beriman, Anda tidak perlu menunggu sampai dia berbicara tentang kebenaran yang tinggi. Anda bisa tahu bahwa dia adalah orang yang beriman dari cara hidupnya. Anda bisa sampai pada pengertian tentang iman yang sejati dari orang yang seperti itu. Inilah sebabnya mengapa rasul Yakobus berkata di ayat 21 bahwa iman tanpa perbuatan itu mati. Inilah kebenaran yang mutlak. Kita tak boleh menipu orang lain dan diri kita sendiri dengan membual telah memiliki iman tanpa didukung perbuatan yang sesuai. Iman semacam ini diartikan sebagai kegelapan di dalam ajaran Yesus di dalam Injil Matius - iman semacam itu mati.
Contoh iman yang mati
Rasul Yakobus mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari di dalam ayat 15-16. Dia berkata, "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!', tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?"
Hal apakah yang ingin disampaikan oleh rasul Yakobus dari contoh ini? Yang ingin dia sampaikan adalah: apakah Anda berani menyatakan bahwa Anda memiliki iman akan tetapi Anda tidak melakukan hal yang Anda tahu harus dikerjakan, saat Anda tahu persis bahwa itulah kehendak Allah namun Anda tidak mengerjakannya? Iman yang Anda banggakan ini sebenarnya adalah iman yang mati di mata Allah! Itu bukanlah iman yang menyelamatkan!
Bagaimana Anda tahu iman Anda iman yang menyelamatkan?
Sebelum kita lanjutkan pembahasan mengenai iman dan perbuatan ini, izinkan saya mengajukan pertanyaan seperti yang disampaikan oleh rasul Yakobus, "Dengan cara apa Anda bisa tahu bahwa Anda adalah orang yang memiliki iman?" Bagaimana Anda bisa tahu bahwa iman Anda adalah iman yang menyelamatkan? Rasul Yakobus memberitahu kita di dalam ayat 19 tentang adanya berbagai macam iman. Setan juga percaya kepada Allah dan kepercayaannya itu malah lebih mendasar daripada Anda karena sampai menimbulkan takut dan gentar di hatinya. Apakah iman kita membawa kita pada keadaan takut akan Allah? Oleh karena itu, janganlah mengira bahwa keyakinan intelektual adalah jenis iman yang menyelamatkan menurut Alkitab.
Bagaimana sikap kita, menghadapi Pergumulan besar, penderitaan, kesulitan dalam hidup? Sabar, kesabaran bukan hal yang membawa dukacita, kesabaran artinya terus berharap dalam segala situasi. Pengharapan selalu ada pada diri orang yang karakternya dibangun di atas batu karang yang teguh dan bukan di atas pasir. Ingat “orang yang tidak memiliki kesabaran adalah orang yang tidak memiliki harapan” . kita dapat menganggap berbagai peristiwa dalam hidup sebagai beban atau berkat. Selama apa yang kita hadapi kita anggap beban, maka hidup kita akan dikuasai beban. kesabaran mengatakan “jangan berontak, Allah memilki rencana untuk kebaikanmu”.
                                                                                          Joki Manaek Manalu

                                                                          Mahasiswa STT-HKBP Pematangsiantar

Khotbah : Roma 8:26-30 (HKBP Aritonang)

Khotbah Minggu VI Dung Trinitatis: 27 Juli 2014
HKBP Aritonang Ressort Muara : Ibadah dalam bahasa Indonesia


“HIDUP DIPIMPIN ROH” ROMA 8: 26-30

I.      Pengantar
Kitab Roma adalah kitab pengajaran yang ditulis oleh Rasul Paulus. Salah satu topik dalam surat ini mengenai “Hidup Dipimpin Roh”, dalam surat ini Paulus menekankan Hidup Dipimpin Roh, lalu apa itu Hidup Dipimpin Roh? Mengapa jemaat di Roma harus Hidup Dipimpin Roh?  Apakah yang terjadi di Roma pada waktu itu sehingga Paulus menulis surat ini? Apakah kita akan menerima kematian atau maut jika tidak Hidup Dipimpin Roh? Dan apapula implikasi yang kita dapatkan dari Hidup Dipimpin Roh sebagai orang Kristen pada masa sekarang ini? Memahami Kitab Roma berarti memahami Kekristenan, karena Surat Roma membentuk pengajaran Yesus menjadi dasar kebenaran bagi Gereja di segala zaman. Untuk itu penyanyi akan membahas topik ini, agar kiranya sajian ini dapat lebih memperlengkapi penyaji dan pembaca dalam memahami Hidup Dipimpin Roh.

II.    Penjelasan Nats
Paulus memerintahkan orang Kristen supaya “Berjalan dalam Roh” artinya bukan berjalan dengan keinginan daging. Kewajiban orang Kristen sebagai orang percaya agar berjalan dalam hidup baru. Jika kita hidup oleh Roh, maka kita harus mengikut Roh, karena Yesus telah memerdekakan umatNya (kita) dari hukum dosa dan hukum maut. Ketika hukum disalahgunakan, maka hal itulah yang akan mebawa kematian. Hukum Taurat adalah baik, namun karena manusia lemah dan penuh dosa kedagingannya, Taurat menjadi “tidak memiliki kekuatan” sehingga Taurat tidak mampu dipenuhi manusia. Hukum kembali dinyatakan Allah didalam Roh melalui Yesus yang memiliki tubuh seperti manusia, maka Yesus telah menjadi satu dengan manusia supaya manusia tidak lagi jatuh kepada dosa didalam daging. Dimana Yesus telah menjadi suatu persembahan “karena dosa”, Yesus datang untuk mati, Dia yang tidak berdosa (tidak bercacat) tetapi menjadi suatu persembahan karena dosa. Dalam kata lain, tujuan Allah mengutus Yesus adalah untuk mewujudkan atau menyempurnakan Hukum Taurat. Tindakan penyelamatan Allah melalui Yesus adalah untuk menjaga Hukum Taurat, yang membedakan adalah bahwa yang mengalahkan dosa dan kelemahan daging manusia adalah “Roh” yaitu melalui Yesus. Sehingga Hukum Roh menjadi bagian dari persyaratan hukum yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berjalan didalam/dipimpin oleh Roh.[1]

III.  Aplikasi dan Pesan Khotbah
Kita yang dikasihi didalam Kristus Yesus, sering kali kita  merasa berat dan tak berdaya menyampaikan segala permohonan kita kepada Tuhan, karena dosa yang telah menguasai diri kita. sebagai orang Kristen, kita harus mampu memikul salib dalam kehidupan kita. apakah memikul salib dalam hidup kita?? bagaimana sikap kita dalam menghadapi perkara dalam hidup kita?? Seperti yang tertulis dalam Matius 10:22, “Hosoman ni saluhut jolma do hamu ala ni goarhu, alai nasa na manahan ro di ujungna, i do paluaonna”. Dipatudos si Paulus do sitaonon di angka na porsea songon pambebeon na niae ni ina namanubuhon posoposona. Hansit do diae angka ina molo dung mambebe, alai ditaon do i ala tongkinnari las ma rohana dung topap posoposo i. Orang yang percaya harus berani menghadapi perjalanan hidup yang penuh ujian dan kesesakan, harus mampu bertahan dalam penderitaan. Ada benang merah atau hubungan yang dapat kita lihat terhadap penderitaan Kristus,  Kristus yang harus menerima dan menjalani penderitaan agar sampai pada kemuliaanNya, begitu juga orang Kristen harus melewati penderitaan dalam hidup supaya akhirnya menerima sukacita dalam hidupnya.
Hidup kita akan selalu dalam penyertaan Tuhan:
1.      Jika kita mau hidup dekat dengan Tuhan. Dimana penyertaan Tuhan akan ada pada kita melalui Roh Kudus yang menyampaikan segala permohonan kita pada Allah.
2.      Jika kita hidup dalam pengharapan. Ayat 28. Adong panghirimon na mangolu. Meski hidup dalam penderitaan, orang Kristen harus bertahan dalam kesusahan itu sambil berpengharapan kepada Allah. Lukas 1:37,Jangan mudah menyerah dan pasrah pada keadaan.
“Habengeton do tanda ni parsihohoton  manghaposi Kristus, jala habengetoni do hataridaan ni na mangula Tondi Porbadia di Rohanta. Amen.

                                                                                           Joki Manaek Manalu :
                                                                                                 Mahasiswa STT-HKBP Pematangsiantar


[1] James. D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle, Edinburg: T&T CLARK. 1998.hlm. 642-646